TRENDING

Iman Kristen Ala Stecu: Keteguhan Hati dalam Ketenangan Iman - Sinuyu Waruwu

Penulis: Sinuyu Waruwu

Istilah "Stecu" (Stelan Cuek) sering dipahami sebagai sikap santai, tidak ambil pusing, atau tidak terpengaruh oleh hal-hal di luar kendali. Jika dipahami sebagai sikap tidak peduli terhadap kebenaran, tanggung jawab, atau penderitaan sesama, tentu hal ini bertentangan dengan iman Kristen yang aktif dan penuh kasih. Namun, jika "Stecu" dimaknai sebagai ketenangan hati, tidak mudah terprovokasi, dan fokus pada kehendak Allah, maka kita menemukan prinsip iman yang alkitabiah. Namun, konsep ini perlu ditinjau ulang agar tidak disalahartikan sebagai ketidakpedulian atau apatisme. Sebaliknya, "Iman Kristen ala Stecu" diartikan sebagai  ketenangan batin, penyerahan diri kepada Tuhan, dan keteguhan iman yang tidak mudah goyah oleh perkara duniawi. Prinsip ini juga dikenal dalam stoicisme sebagai dikotomi kendali, yaitu membedakan antara hal-hal yang berada dalam kuasa kita (pikiran, tindakan, respons) dan hal-hal di luar kendali kita (keadaan eksternal, pendapat orang lain).

 

1. Stecu yang Alkitabiah: Bukan Apatis, tapi Percaya Penuh pada Tuhan

Iman Kristen tidak mengajarkan kita untuk cuek dalam arti mengabaikan tanggung jawab atau tidak peduli terhadap sesama. Namun, Alkitab memberikan prinsip-prinsip yang mengarah pada ketenangan hati karena percaya pada kedaulatan Allah.  

 

Filipi 4:6-7

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."  

Stecu dalam iman Kristen berarti tidak dikuasai kekhawatiran, tetapi menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33). Sikap stelan cuek di sini berarti fokus pada hal rohani dan tidak terbelenggu oleh kecemasan duniawi. Sebaliknya, saya dan anda perlu menyadari bahwa kekhawatiran itu hadir apabila kita mulai menjauh dari Allah.

 

 

1. Tidak Terpancing oleh Hal-Hal Kecil

Iman ala Stecu bukan berarti acuh tak acuh seperti pandangan umum tentang stecu, tetapi memilih untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang tidak penting.  

Bayangkan Anda sedang rapat di kantor, lalu seorang rekan menyindir, "Kerjamu kok santai banget, sih? Kayaknya enggak berat ya tugasmu?" bagaimana respons anda ketika diperhadapkan dengan kondisi tersebut?

 

Respons Tidak Stecu:

Membalas dengan defensif, "Kamu saja yang tidak tahu kerjaanku!"

Menggerutu seharian dan membicarakan orang itu ke rekan lain.  

Emosi naik, produktivitas turun.  

 

Respons Ala Stecu (Bijaksana):

Tersenyum, lalu lanjut bekerja (Amsal 19:11 "Akal budi membuat seseorang panjang sabar; dan merupakan kemuliaan baginya mengabaikan pelanggaran.").  

Tidak membuang energi untuk hal yang tidak penting. Matius 5:39 "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu..."  

Fokus pada tanggung jawab, bukan perkataan orang.  

 

Ketika anda memilih untuk tidak membalas atau memusingkan setiap komentar negatif, anda sedang melatih diri untuk memiliki penguasaan diri yaitu buah Roh (Galatia 5:22).  

 

2. Fokus pada Hal yang Esensial: Kerajaan Allah

Iman ala Stecu berarti tidak terjebak dalam kekhawatiran berlebihan terutama segala yang tampak dan bersifat sementara, tetapi percaya penuh pada pemeliharaan Tuhan. Artinya, tidak terbelenggu oleh kecemasan akan hal-hal sementara, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan yang berdaulat atas hidup kita. Ini bukan sikap pasif atau tidak bertanggung jawab, melainkan keyakinan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita (Ibrani 13:5). 

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4:6). Misalnya saja ketika anda merasa masa depan terasa tidak pasti. Jika anda memiliki respon iman ala stecu maka anda akan tenang dan menyerahkan diri. Mengarahkan pikiran pada janji Tuhan  "Aku mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku untuk kamu... rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan."(Yeremia 29:11). Oleh karena itu anda harus melakukan yang terbaik hari ini dan tidak perlu mengkhawatirkan akan yang terjadi esok hari (Matius 6:34). Percayalah bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya" (Amsal 16:9). Sebaliknya, jika respon anda cemas secara berlebihan, maka anda akan terobsesi memikirkan hal yang meruntuhkan semangat "Bagaimana kalau saya gagal? Bagaimana kalau tidak diterima kerja?" akibat seriusnya adalah stres berlebihan hingga mengganggu kesehatan.  Jadi, daripada sibuk mengeluh atau cemas, iman Stecu mengajak kita untuk berserah dan tetap tenang karena Tuhan yang memegang kendali.  

 

3. Menghindari Perdebatan dan Dendam 

Iman yang teguh tidak berarti harus menanggapi setiap argumen atau pertengkaran.  Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia (Amsal 26:4). Hindarilah soal-soal yang dicari-cari dan yang bodoh, karena engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran (2 Timotius 2:23). Terkadang, sikap stecu menekan gelora amarah dalam diri dengan diam. Cara untuk melakukan hal ini adalah mengatakan pada diri anda sendiri agar tidak membuang energi untuk hal-hal yang tidak membangun iman. 

Selain itu, iman ala Stecu juga berarti tidak mendendam, tetapi mempercayakan keadilan kepada Allah.  Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: pembalasan itu adalah hak-Ku. AKulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan (Roma 12:19). Ketika kita memilih untuk tidak membalas, kita sedang melatih iman bahwa Tuhan lebih adil daripada kita.  Yakin dan percaya bahwa Tuhan bekerja dalam segala sesuatu (Roma 8:28).  

 

Kesimpulan

Iman ala Stecu yang alkitabiah bukan sekadar "cuek", tetapi keteguhan hati yang bersumber dari iman kepada Tuhan, bukan dari kekuatan diri sendiri. Iman Kristen ala Stecu bukan tentang menjadi tidak peduli, tetapi tentang ketenangan batin karena percaya pada pemeliharaan Tuhan. tidak mudah terpancing emosi negatif, tetapi mengampuni dan menyerahkan keadilan kepada Allah. Iman yang teguh, tenang, dan berpusat pada Kristus, bukan sekadar stecu yang dangkal, tetapi damai sejahtera Allah (Filipi 4:7) adalah fondasi dari Stecu yang alkitabiah, sebuah ketenangan yang berasal dari penyerahan total kepada Tuhan. Sekalipun dunia bergejolak, hati yang beriman tetap tenang karena tahu Allah memegang kendali.

 

Belum ada Komentar untuk "Iman Kristen Ala Stecu: Keteguhan Hati dalam Ketenangan Iman - Sinuyu Waruwu"

Posting Komentar

ARTIKEL YANG SERING DIBACA

ARSIP PUSTAKA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel