TRENDING

MODEL PENDIDIKAN YESUS SEBAGAI GURU AGUNG TENTANG PENDIDIKAN PAK YANG EFEKTIF TRANSFORMATIF

ANALISIS MODEL PENDIDIKAN YESUS
SEBAGAI GURU AGUNG TENTANG PENDIDIKAN PAK YANG EFEKTIF TRANSFORMATIF
 


BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan dan perilaku manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, baik individu maupun kelompok (Gage&Berliner, 1992). Sedangkan psikologi Pendidikan menurut Walberg dan Haertel 1992 seperti dikutip oleh Lee Krause (2010) merupakan disiplin ilmu sendiri yang menghubungkan antara Pendidikan dan psikologi. Sementara Santrock (2014) mengatakan bahwa psikologi Pendidikan adalah cabang dari psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pembelajaran dalam lingkungan Pendidikan. Duceshne dan McMaugh (2016) menyatakan bahwa psikologi Pendidikan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari bagaimana kondisi siswa dan implikasinya pada proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa psikologi Pendidikan menekankan pada proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik internal maupun eksternal.[1]


 
BAB. II
PEMBAHASAN
Pendidikan Kristen
Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang berpusat pada Allah, suatu implikasi dalam interpretasi kasih Allah.[2] Pendidikan dalam keluarga Kristen adalah pendidikan dimana Allah berperan untuk membentuk anak-anak yang dikaruniakan Allah kepada keluarga, agar bertumbuh dalam iman dan memiliki nilai-nilai kekristenan dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Hardi Budiyana, pendidikan keluarga Kristen adalah bantuan yang dilakukan dengan sadar atau sengaja kepada anak-anak agar supaya mereka bertumbuh dan berkembang mencapai kedewasaan secara sosial dan nilai-nilai kekristenan atas dasar iman Kristen.[3]
 
Pendidikan Agama Kristen (PAK) sendiri, adalah salah satu dari cabang khusus dari ilmu pendidikan yang bukan hanya berfokus pada pengetahuan kognitif saja, tetapi juga mendalami tentang etika, moral, pembentukan karakter serta hubungan pribadi dengan Tuhan. Menurut Robert Pazmino Pendidikan Agama Kristen ialah suatu kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari Firman Tuhan, dimampukan Roh Kudus serta berkiblat pada Kristus.[4] Maka dalam perspektif PAK Guru juga memiliki peran untuk menjadi: Pemimpin, Pembimbing, Pelatih, Pemberita Injil, Pendidik, Pengajar dan pembelajar, Komunikator, Fasilitator, Motivator, Agen sosialisasi, Imam dan Nabi, serta sebagai Teolog.[5]
 
Istilah pendidikan sebenarnya merupakan asal kata dari bahasa Yunani paidos, mempunyai arti anak laki-laki, serta agogos yang berarti mengantar, mendampingi, ini menyiratkan dahulu kala di masa Yunani kuno dan mengacu pada pembantu yang mengantarkan anak dari majikan untuk pergi ke sekolah. Dan selanjutnya menjadi pedagogik yang berarti sebagai gambaran orang yang ahli atau seorang pendidik yang mendidik siswa kepada tujuan tertentu dalam hidup[6]
 
Agama berasal dari dalam bahasa latin religare, (Inggris: Religion) yang bermakna re berulang atau mengulang dan kata lego yang berarti melafalkan atau membaca seperti membaca mantra atau doa, di bahasa lainnya rest-legere yang berarti berkumpul atau menjadi satu. Maka apabila dihubungkan dengan kepercayaan berarti ajaran, aturan atau sistem yang mengatur tentang ibadah kepada Tuhan.[7]
 
Kata Kristen di dalam Alkitab ialah istilah atau sebutan yang diberikan oleh orang Israel pada zaman Paulus untuk pengikut Kristus. Istilah Kristen pertama kali dipakai di Antiokhia (Syria hari ini) pada tahun 43M setelah kenaikan Yesus Kristus ke surga(Kis 11: 26). Chrematisai dalam bahasa Yunani, oleh Bickerman dijelaskan bahwa ini adalah sebutan dari masyarakat non-Kristen Antiokhia yang semula merupakan sebuah ejekan untuk para pengikut Kristus. Chrematisai mengacu pada upaya mendaftarkan mazhab baru di bawah nama-nama orang Kristen dan menunjukkan bahwa istilah ini telah dipakai secara umum di masyarakat. [8]
 
Definisi Guru
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dituntut memiliki kompetensi professional. Selain kompetensi seorang guru juga harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Adapun kepribadian yang harus dimiliki seorang guru:
1.     Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai norma sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan berperilaku.
2.     Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3.     Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
4.     Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial perilaku yang berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani, berakhlak mulia, bertindak sesuai dengan norma agama (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik.[9]
 
Peran guru di dalam suatu proses pembelajaran dirangkum sebagai berikut:[10]
1.     Guru sebagai Pendidik. Guru berperan selaku pendidik ialah tugas guru untuk memperlengkapi peserta didik agar bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Guru membimbing peserta didik untuk beralih dari gelap kepada terang, menanggalkan kebodohan dan beralih ke kehidupan cerdas dan berhikmat. Sebagai seorang pendidik, bekal yang disampaikan oleh guru kepada para siswanya tidak hanya sebatas pengetahuan kognitif, akan tetapi juga pemahaman afektif, moralitas, dan spiritual[11]
2.     Guru sebagai Pengajar dan Pembelajar. Dalam perannya selaku pengajar, guru memberikan pengajaran kepada siswa. Oleh sebab itu, ia diharuskan membuat persiapan, merancang tujuan dan kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Sedangkan sebagai pembelajar guru dituntut untuk lebih meningkatkan kapabilitasnya dengan cara menambah literatur pustaka, mengikuti seminar pendidikan, dan kegiatan pendidikan non resmi lain untuk memperluas wawasannya. Bisa juga ia meluangkan waktunya untuk mempelajari metode pembelajaran yang baru, dan ia dapat bereksperimen dengan berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang relevan.
3.     Guru sebagai Pelatih. Guru melatih siswa dalam meningkatkan pelbagai kecakapan. Pelatihan ini berkonsentrasi pada pembentukan ketrampilan dasar, menengah, dan lanjutan siswa sehingga nantinya dapat berkembang ke tingkat lebih tinggi dari sebelumnya.
4.     Guru sebagai Fasilitator . Guru sebagai fasilitator ialah peran guru bukan hanya memberikan pembelajaran melalui metode cerita, ceramah, atau penjelasan saja, namun ia memandang peserta didik sebagai seorang manusia cerdas yang mampu berperan aktif dan terlibat dalam proses belajar mengajar. Guru juga mempersiapkan alat, bahan dan sarana penunjang dalam pembelajaran dan meluangkan waktu untuk tanya-jawab tentang pelajaran dengan pribadi atau kelompok kecil siswa, baik di dalam maupun luar ruangan kelas. Guru sebagai Motivator, Pemimpin, Komunikator dan Agen Sosialisasi Sebagai motivator peran guru sangat fundamental, dikarenakan proses belajar ini sebenarnya terjadi di dalam pribadi siswa. Ini mengandung arti bahwa siswa merupakan pelaku proses belajar bagi dirinya sendiri. Hal yang dapat dikerjakan oleh guru ialah memberikan rangsangan, antara lain menyajikan contoh-contoh sederhana, memfasilitasi suasana belajar yang aman dan nyaman, menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Dorongan belajar itu timbul sebagai akibat dari guru yang selalu memberikan motivasi pada peserta didik. Sedangkan sebagai pemimpin, peran guru adalah sebagai pengelola proses pembelajaran dalam kelas atau classroom manager. Agar efektif sebagai pemimpin, guru perlu menempatkan diri sebagai figur otoritas, tanpa harus berperilaku secara otoriter. Tugas guru sebagai komunikator adalah memberikan pengukuran dari kemajuan belajar siswanya. Secara bijak ia harus memberikan informasi yang dapat membangun siswa, menyampaikan kritik dan saran dengan jujur. Serta ia memilih dan memilah penyampaian kesan, pesan dan masukan untuk siswa yang tidak mematahkan asa, akan tetapi dapat membangun semangat.
5.     Guru sebagai Pembimbing, Pemberita Injil dan Penyampai Kebenaran Di dalam melaksanakan perannya sebagai pembimbing, guru harus peka menangkap masalah, kendala atau persoalan siswanya, selanjutnya bersama dengan siswa tersebut memecahkan masalah dan berusaha mencari solusi. Sedangkan selaku konselor, guru terlebih dahulu mengamati masalah yang dihadapi siswanya, agar ia dapat mengerti gambaran utuh dari masalah yang selanjutnya dapat diambil langkah selanjutnya. Lalu guru sebagai pemberita Injil, mengandung arti bahwa guru harus mampu menjabarkan isi Firman Tuhan dalam pembelajaran kepada para siswa, memberikan kesaksian dalam Alkitab tentang anugerah keselamatan melalui pribadi Tuhan Yesus dan karya penebusan-Nya.[12]
 
Definisi Pendidikan menurut Para Ahli
1.     Lois E Lebar mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang membuat bergairah, penuh semangat dan sukacita dalam menjalani kehidupan ini.
2.     Hardi Budiyana bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk mendorong siswa mengalami peristiwa belajar di dalam hidupnya. Pendidikan sebagai usaha sadar dan bersahaja, senantiasa menempatkan manusia sebagai subjek sebab manusialah pelaku pendidikan.
3.     Ditjen Dikti dalam Buku Dasar-dasar Pendidikan dikatakan bahwa pendidikan adalah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pengaruhi lingkungan, khususnya lingkungan sekolah sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami pengembangan kemampuan sosial dan individu yang optimum.[13]
4.     Robert W. Pazmino bahwa pendidikan adalah perencanaan, implementasi dan evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman edukasional yang berpengaruh dalam pengembangan kemampuan[14].
5.     D. Campbell Wycoff menegaskan bahwa Allah sendiri adalah guru di dalam pendidikan Kristen. Ini sesuai dengan rujukan Yesus kepada Roh Kudus sebagai seorang guru yang memandu para murid-Nya “ke dalam semua kebenaran” (Yoh. 14:26; 16:13). Dengan demikian di dalam pendidikan Kristen, Allah Tritunggal – Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah guru tertinggi.
6.     Wycoff setiap anggota jemaat perlu dilibatkan di dalam pekerjaan dari pengajaran Kristen, untuk ia menjadi bagian dari suatu persekutuan yang terus menerus mengajar.[15]
 
Peran Pedagogis Roh Kudus dan Pendidikan Kristen
Peran pedagogis Roh Kudus dan pendidikan Kristen yang transformatif memiliki keterkaitan hal ini dituliskan oleh Jim Wilhoit, bahwa Roh Kudus terlibat tidak hanya bagi guru atau murid tetapi juga materi pelajaran dan bahkan lingkungan dimana pendidikan itu berlangsung.[16] Dan Rasul Paulus menuliskan bahwa Roh Kudus memberikan karunia untuk mengajar kepada guru (Roma 12:7), Roh Kudus mengubahkan guru dan murid serupa dengan gambar-Nya (2 Korintus 3:18), dan Alkitab sebagai dasar materi pembelajaran dalam pendidikan adalah karya dari Roh Kudus. Roh Kudus memberikan inspirasi kepada para penulis Alkitab. Para pelaku pendidikan Kristen seharusnya mengetahui dan menyadari keberadaan dan peran Roh Kudus dalam proses belajar. Namun, pada kenyataannya tidak semua pelaku pendidikan Kristen melihat pentingnya keterlibatan Roh Kudus dalam proses pendidikan. Perbedaan pemahaman ini terlihat dalam implementasi rancangan proses dan akivitas belajar. Terjadi pengabaian atas peran Roh Kudus dalam proses pendidikan yang berlangsung. Manajemen dan administrasi pendidikan dalam sebuah institusi pendidikan Kristen yang tidak menempatkan Roh Kudus sebagai pribadi yang harus terlibat dalam proses pendidikan yang berlangsung, berusaha mencapai tujuan Pendidikan Kristen yang transformatif dengan metode yang menekankan pada pendekatan humanistis dan mangandalkan pada kekuatan diri sandiri. Dalam ilmu kependidikan dikenal sebuah teori yaitu Transformative Learning Theory. Teori ini pertama kali dicetuskan olah Jack Mazirow. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para ahli melalui berbagai penelitian dan kritik atas pandangan awal Jack Mazirow. Teori belajar transformatif ini melihat pendidikan sebagai sebuah proses membuat makna melalui pengalaman seseorang.[17]
 
Robert Pazmino memahami transformasi sebagai berikut: "transformation is a liberating éducation that treats leamers as subjects, as active agents, and not as abjects or passive récipients of the wisdom shared."[18] Bagi Pazmino, transformasi adalah pendidikan yang membebaskan yang menempatkan murid sebagai subyek, pelaku yang aktif dan bukan sebagai obyek yang dengan pasif menerima pembelajaran yang diberikan. Sedangkan Jim Wilhoit memahami bahwa pendekatan transformatif diawali dengan asumsi adanya tujuan dalam hidup manusia. "The transformational approach builds most directly on the human search for God-centered meaning."[19]
 
Dengan demikian, yang dimaksudkan oleh penulis atas makna dari pendidikan Kristen yang transformatif adalah proses pendidikan yang mengarahkan para pelaku pendidikan khususnya murid untuk menemukan tujuan hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah, yaitu keserupaan dengan Kristus. Seluruh sumber daya dan aktivitas pendidikan dalam pendidikan Kristen yang transformatif, diarahkan pada upaya untuk mencapai transformasi diri para pelaku pendidikan kepada tujuan Allah, yaitu keserupaan dengan Kristus.
 
Metode apapun yang digunakan dalam proses pendidikan yang transformatif ini diarahkan pada pembelajaran yang membukakan para pelaku pendidikan khususnya murid atas karya anugerah Allah dalam hidup mereka, sehingga pendidikan Kristen yang transformatif membawa para pelaku pendidikan khususnya murid pada proses menemukan tujuan hidupnya seperti yang dikehendaki oleh Allah atas hidupnya. Tujuan yang harus ditemukan oleh murid melalui setiap pengalaman dalam kehidupannya. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pendidikan. Meskipun demikian, guru seperti halnya tenaga kependidikan lain bahkan juga orangtua adalah bagian dari proses pendidikan Kristen yang transformatif ini. Proses pendidikan ini dapat berlangsung oleh karena peran guru, tenaga kependidikan, dan terutama peran serta Roh Kudus yang memungkinkan terjadinya transformasi. Transformasi seperti yang dimaksudkan ini hanya dapat diperoleh melalui anugerah dari Allah.
 
Tiga hal menurut Jan Waterink yang terjadi dalam diri seseorang ketika memperoleh anugerah dari Allah. Ketiga hal tersebut adalah:
1. Adanya bêlas kasih dari Allah untuk mengampuni manusia yang telah berpaling dari Nya.
2. Karya Allah dalam diri manusia yang mengubah kondisl batin manusia telah mengubah manusia sehingga tidak lagi melayani ciptaan menjadi ciptaan tetapi kembali melayani Sang Pencipta.
3. Menyiratkan adanya bimbingan dari Roh Allah yang memampukan manusia mengalami transformasi melalui pengudusan menurut kehendak Allah sendiri.[20]
 
Kata transformasi digunakan oleh Rasul Paulus untuk menyatakan perubahan seperti yang ditulis dalam Roma 12: 2. Kata transform atau berubah dalam bahasa Yunani menggunakan kata metamorphoô (nerapopcjjéû) yang berkaitan dengan pengalaman orang Kristen. Dalam Roma 12:2 ini, Rasul Paulus menyatakan bahwa orang percaya ditandai dengan adanya proses transformasi yang terus menerus, yang dicapai melalui pembaharuan di dalam diri oleh akal budi seseorang dan penolakannya pada pengaruh dunia.[21] Dalam proses transformasi itu, Roh Kudus berperan seperti yang dituliskan oleh Rasul Yohanes dalam Yoh 14:26, bahwa Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan apa yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus sebelumnya (II Kor 3:18).
 
Model Pendidikan Yesus sebagai Guru Agung
Konsep Teaching Skills Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas. Injil Lukas menampilkan teaching skills Yesus Kristus sebagai The Great Master yang mampu membawa perubahan dalam setiap hidup murid-murid-Nya karena dilakukan dengan pengajaran dan perkataan yang penuh kuasa (Lukas 4:31-32,36), pengajaran yang disampaikan melalui perkataan-Nya mengherankan (Lukas 20:21,26), serta menghadirkan kuasa firman yang mengubahkan hati dan semangat membara yang menyulut kasih dan bakti para murid-Nya (Lukas 24:32).
 
Pelaksanaan Model Teaching Skills Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas dengan cara Yesus mengajar dengan mengindikasikan keterampilan dan kemampuan-Nya yang menakjubkan dalam mengajar hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang konkret sehingga dapat dipahami murid-murid-Nya. Berbagai macam model pembelajaran dalam pendekatan mengajar tersebut menjadi empat kelompok model pembelajaran yang terorganisir secara sistematis, sebagai berikut:
1. Prinsip yang berhubungan model pembelajaran pemrosesan informasi. Melalui model ini, konsep sebuah entitas dapat dimiliki baik dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman setiap pelajar yang dibimbing guru (learning to think by thinking), seperti ekspresi ketakjuban orang banyak yang mendengar pengajaran-Nya dengan perkataan yang penuh kuasa (Lukas 4:32), dan pengajaran-Nya tentang jalan Allah adalah benar dan diajarkan dengan jujur (Lukas 20:21).
2. Prinsip yang berhubungan model interaksi sosial. Peserta didik belajar berkemampuan hidup bermasyarakat, atau dapat dikatakan belajar sebagai to live together. Murid-murid mengikuti Yesus karena Yesus mengasihi mereka. Kitab-kitab Injil menulis: “Ketika Yesus melihat orang banyak itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.” Pria dan wanita, muda-mudi dan anak-anak, semuanya tertarik pada orang yang mengasihi mereka.”(Hendricks, 2009). Model teaching skills Yesus Kristus dalam metode diskusi kelompok kecil dengan dua murid menuju Emaus merupakan pedagogik yang efektif disertai interaksi edukatif (Lukas 24:19- 32).
3. Prinsip yang berkaitan dengan model pembentukan pribadi. Tuhan Yesus membuat murid-murid-Nya untuk mengalami pembentukan konsep diri atau pribadi yang positif dan benar saat dua murid akhirnya kembali ke Yerusalem (Lukas 24:32-33).
4. Prinsip yang berhubungan dengan model perubahan perilaku. Model pembelajaran ini bagi peserta didik berfokus untuk kemampuan melakukan (teaching to do), bukan hanya mengerti (teaching to know). Pembelajaran yang dilakukan Yesus Kristus membuahkan hasil mengubahkan perilaku dan menggembirakan saat seorang dibebaskan dari roh jahat (Lukas 4:33-37).[22]
 
 
BAB. III
KESIMPULAN
Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang berpusat pada Allah, dimana Allah berperan untuk membentuk anak-anak yang dikaruniakan Allah kepada keluarga, agar bertumbuh dalam iman dan memiliki nilai-nilai kekristenan dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam Alkitab berdasarkan Injil Lukas, Yesus Kristus mengajar dengan cara model Teaching Skills yang mengindikasikan keterampilan dan kemampuan-Nya yang menakjubkan dalam mengajar hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang konkret sehingga dapat dipahami murid-murid-Nya dengan menggunakan  prinsip yang berhubungan dengan model pembelajaran yaitu pemrosesan informasi, interaksi sosial, pembentukan pribadi, dan perubahan prilaku. Oleh sebab itu Yesus dapat dikatakan Guru Agung karena model pembelajarannya tidak hanya sampai membuat murid-murid-Nya bisa secara teori tetapi juga praktek dalam kehidupan sehari-hari.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Suralaga, Fadhilah. (2021).  Psikologi Pendidikan Implikasi Dalam Pembelajaran. Depok: PT. Rajawali Grafindo Persada.
Tung, Khoe Yao.(2013). Filsafat Pendidikan Kristen.Yogyakarta: Andi.
Budiyana, Hardi. (2017). Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen. Surakarta: STT Berita Hidup.
Pazmino, Robert W. (2012). Fondational Issues In Christian Education. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Bandung dan PT BPK Gunung Mulia.
S, Sidjabat B. (2011). Mengajar Secara Profesional. Jakarta: Yayasan Kalam Hidup.
Irwanto, Nur and Yusuf Suryana. (2016). Kompetensi Pedagogik: Untuk Peningkatan Dan Penilaian Kinerja Guru Dalam Rangka Implementasi Nasional. Surabaya: Genta Grup Production.
Paparang, Stanley R. (2014). Kamus Multiterminologi. Tangerang: Delima.
Douglas, J. D. (1997). Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Purnomo, Halim. (2019). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UYM Press.
Budiyana, Hardi. (2018)“Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal. Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no. 1
Santo, Joseph Christ. (2016). “Konsep Menjadikan Murid Berdasarkan Matius 28:19-20,” Jurnal Teologi El-Shadday 3, no. 2, hal. 7–33
Tim Pengadaan Buku Pelajaran. (1991).  Dasar-dasar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang.
Colson, Howard P dan Raymond M Rigdon. (1969). Understanding Your Church’s Curriculum. Nashville: Broadman Press.
Wilhoit, Jim. (2000). Christian Education The Search For Meaning. Michigan: Baker Book House.
Cranton, Patricia. (2006). Understanding and Promoting Transformative Learning: A Guide for Educators ofAduIts. California: Jossey Bass.
Waterink, Jan. (1954). Basic Concepts in Christian Pedagogy. Michigan: Eerdmans Publishing.
Verbrugge, Verlyn D. éd. (2000). New International Dictionaty of New Testament Theology. Michigan: Zondervan.
 
 
 
 
 

[1] Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan Implikasi Dalam Pembelajaran, (Depok: PT. Rajawali Grafindo Persada, Depok, 2021), hal. 2.
[2] Khoe Yao Tung, Filsafat Pendidikan Kristen, (Yogyakarta: Andi, 2013), hal. 263.
[3] Hardi Budiyana, Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen, (Surakarta: STT Berita Hidup, 2017), hal. 5.
[4] Robert W. Pazmino, Fondational Issues In Christian Education, 1st ed. (Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Bandung dan PT BPK Gunung Mulia, 2012), hal. 26.
[5] Sidjabat B.S, Mengajar Secara Profesional, (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2011), hal. 101.
[6] Nur Irwanto and Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik: Untuk Peningkatan Dan Penilaian Kinerja Guru Dalam Rangka Implementasi Nasional, (Surabaya: Genta Grup Production, 2016), hal. 3.
[7] Stanley R.Paparang, Kamus Multiterminologi, (Tangerang: Delima, 2014), hal. 27.
[8] J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997), hal.  593-594.
[9] Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UYM Press, 2019), hal. 175-176
[10] Sidjabat B.S, Mengajar Secara Profesional, hal.101-131
[11] Hardi Budiyana, “Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal,” Jurnal Teologi Berita Hidup 1, no. 1 (2018).
[12] Joseph Christ Santo, “Konsep Menjadikan Murid Berdasarkan Matius 28:19-20,” Jurnal Teologi El-Shadday 3, no. 2 (2016): hal. 7–33
[13] Tim Pengadaan Buku Pelajaran, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: IKIP Semarang, 1991), hal. 2.
[14] Robert W. Pazmino, Pondasi Pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), hal. 22.
[15] Colson dan Rigdon, Understanding Your Church’s Curriculum, (Nashville: Broadman Press, 1969), hal. 21-22.
[16] Jim Wilhoit, Christian Education The Search For Meaning (Michigan: Baker Book House, 2000), 57.
[17] Patricia Cranton, Understanding and Promoting Transformative Learning: A Guide for Educators ofAduIts (California: Jossey Bass, 2006), 23.
[18] . Robert Pazmino, Foundational Issues in Christian Education; An Introduction in Evangelical Perspective (Michigan: Baker Académie, 2008), 78.
[19] Jim Willhoit, Christian Education, hal. 108.
[20] Jan Waterink, Basic Concepts in Christian Pedagogy, (Michigan: Eerdmans Publishing, 1954), hal.23-24.
[21] Verlyn D. Verbrugge, éd., New International Dictionaty of New Testament Theology, (Michigan: Zondervan, 2000), hal. 366.
[22] Institut Injil Indonesia, mashe1611@gmail.com


Belum ada Komentar untuk "MODEL PENDIDIKAN YESUS SEBAGAI GURU AGUNG TENTANG PENDIDIKAN PAK YANG EFEKTIF TRANSFORMATIF"

Posting Komentar

ARTIKEL YANG SERING DIBACA

ARSIP PUSTAKA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel