TRENDING

Sikap Seorang Pelayan Allah - Sinuyu Waruwu

div style="text-align: left;">

Penulis: Sinuyu Waruwu, S.Th. M.Pd, C.PS.
Khotbah: Komunitas Keluarga Allah Ungasan, Bali
Hari/tanggal: Sabtu, 22 Februari 2025

Bacaan hari ini terambil dari surat 1 Korintus 3:7-9 "Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah".
Kita tahu bersama jika diukur dengan jemaat lainnya, jemaat Korintus yang paling memiliki banyak karunia rohani. Namun, karunia itu membuat mereka saling memegahkan diri, saling menonjolkan karunia dan merasa lebih penting dari jemaat yang memiliki karunia berbeda. Disisi lain jemaat Korintus mempunyai jargon sehingga menimbulkan sekat karena antara satu dengan yang lain saling meninggikan pemimpin dan rasul yang menjadi panutan mereka. Melihat masalah tersebut Rasul Paulus menuliskan surat, mengarahkan jemaat Korintus kembali pada sikap mereka sebagai seorang pelayan Allah. Seperti apakah sikap yang sarankan Rasul Paulus kepada jemaat Korintus? 1) Seorang Pelayan Harus Mengetahui Statusnya; 2)Upah Seorang Pelayan Ditakar oleh Allah, dan 3) Sesama Pelayan adalah kawan bukan lawan.

1. Seorang Pelayan Harus Mengetahui Statusnya 
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan (ay.7) seorang hamba harus mengetahui posisinya di hadapan Allah yaitu sebagai pelayan. Dalam dunia sekuler kita mengetahui bahwa seorang hamba bertugas untuk menyambut, mengarahkan dan menyiapkan pesanan, jika pelayanan restoran dan apabila dalam layanan jasa seorang pelayan bertugas memberi kepuasan kepada pelanggan. Demikian juga ketika orang percaya disebut sebagai pelayan Allah, harus memberikan sambutan kepada siapa pun, seorang yang ramah dan murah tersenyum. Kemudian seorang pelayan harus bisa mengarahkan jemaat dan memberikan sajian makanan rohani yang menyegarkan jiwa bukan sekadar mengucapkan kata-kata yang mengenakan telinga tapi pemberitaan itu harus sampai pada kepercayaan yang mendalam terhadap Tritunggal Mahakudus. Setelah mengetahui tugas seorang pelayan maka para pelayan harus mengetahui bahwa ia bekerja untuk menyenangkan tuannya (Allah) supaya tidak bermegah atas apa yang sudah dilakukan. Kita harus ingat bahwa Allah tidak kekurangan pelayan tapi karena kita memberi diri menjadi pelayan di rumah Allah maka Allah memberikan kita karunia surgawi supaya pekerjaan Allah yang besar di dunia ini bisa tertata dan berjalan dengan baik. Seorang pelayan yang memegahkan diri atas apa yang dilakukannya adalah hamba upahan yang hanya mementingkan profit dari sebuah pelayanan bukan karena tulus memuliakan Allah.
Seorang pelayan harus merendahkan diri di hadapan Allah bahwa tugasnya untuk menyenangkan hati tuannya. Pelayan tidak boleh menindas atau merendahkan sesama pelayan. Kemudian pentingnya seorang pelayan mengetahui posisinya sebagai pelayan bukan tuan agar tidak merasa berkuasa atas pelayan lainnya dan jemaat yang digembalakan.

2. Upah Seorang Pelayan Ditakar oleh Allah
Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri (ay. 8)
Seorang pekerja patut menerima upahnya sesuai pekerjaannya. Upah ini sering menjadi masalah karena kekikiran dan iri hati antar sesama pelayan Tuhan. Rasul Paulus sudah menjelaskan bahwa kita tidak perlu iri terhadap upah yang dimiliki sesama kita. Upah yang diperoleh seseorang dalam melayani semata-mata karena kemurahan Allah. Allah akan memberikan upah juga kepada kita sesuai kapasitas dan karunia yang Allah percayakan. Seorang penabur akan menerima upah penabur, upah menyiram akan diterima oleh penyiram. Berkat dari Allah tidak akan tertukar karena Allah akan memberi sesuai pekerjaan yang kita lakukan.

3. Sesama Pelayan adalah kawan bukan lawan
Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah (ay.9)
Allah memberikan karunia bagi setiap pelaya-Nya untuk melayani Dia. Artinya, karunia yang Allah berikan memiliki maksud tersendiri. Bukan karena besar atau kecil karunia itu, tapi manfaatnya bagi pembangunan tubuh Kristus. Kesadaran ini akan membawa setiap pelayan mempersembahkan hidup bagi kemuliaan dan kebesaran nama-Nya bukan mencari kepentingan pribadi dengan menggunakan nama Allah dalam pelayanan.


Pesan firman Allah pada hari ini mengarahkan kita untuk mengoreksi diri apakah sudah bersikap layaknya seorang pelayan atau menjadi tuan? kita sendiri yang menjawab pertanyaan ini, apabila belum maka kita bercermin dari pemberitaan Rasul Paulus untuk mengetahui status kita dihadapan Allah, imbalan dari surga akan diberikan sesuai pekerjaan yang kita lakukan dan perlu kita catat pada loh hati kita bahwa semua orang percaya adalah kawan sekerja Allah bukan lawan.

Belum ada Komentar untuk "Sikap Seorang Pelayan Allah - Sinuyu Waruwu"

Posting Komentar

ARTIKEL YANG SERING DIBACA

ARSIP PUSTAKA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel